Ajaran Kepemimpinan Hindu Edisi 1 (Panca Shtiti Dharmaning Prabhu)

Panca Shtiti Dharmaning Prabhu.

Ratusan tahun silam, Nusantara ini pernah mengalami kejayaan, disegani oleh negara-negara tetangga, dihormati oleh setiap pendatang. Negeri ini telah mengalami peradaban yang sangat tinggi dalam ilmu pengetahuan maupun kebudayaan ini terbukti Cina yang dijuluki sumber ilmu pengetahuan, juga banyak belajar di negeri kita. Hal ini bisa kita lihat di daerah Bangka dan Belitung, dimana di masa silam digunakan sebagai tempat asrama mereka, sehingga wajah-wajah orang bangka sangat dekat dengan wajah Cina, kulit kuning, rambut lurus dan mata sipit. Juga dari kisah yang diceritakan Itsing seorang pengembara dari negeri Cina tentang Nusantara.

Tidakkah ada suatu peninggalan yang bisa diwariskan kepada kita, dalam bidang manajemen? Kalo kita perhatikan dengan seksama, ternyata pendahulu kita cukup jeli dalam belajar, mereka tidak hanya terlena oleh budaya dan peninggalan dari luar namun tetep bangga dan menggunakan produk dalam negeri. Tengoklah Ki Hajar Dewantara dengan ajaran: Ingarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.

Ajaran ini yang merupakan warisan dari leluhur kita sebenarnya merupakan bagian dari ajaran Panca Sthiti Dharmaning Prabhu (Lima kewajiban sang Pemimpin) dirumuskan oleh Raja Harjuna Sasrabahu, yang terdiri dari :

  1. Tut Wuri Handayani
    Maksudnya seorang pemimpin senantiasa memberikan dorongan, motivasi dan kesempatan bagi para Generasi Mudanya atau anggotanya untuk melangkah ke depan tanpa ragu-ragu.
  2. Ing Madya Mangun Karsa
    Maksudnya seorang pemimpin di tengah-tengah masyarakatnya senantiasa berkonsolidasi memberikan bimbingan dan mengambil keputusan dengan musyawarah dan mufakat yang mengutamakan kepentingan masyarakat.
  3. Ing Ngarsa Sung Tulada
    Maksudnya seorang pemimpin sebagai seorang yang terdepan dan terpandang senantiasa memberikan panutan-panutan yang baik sehingga dapat dijadikan suri tauladan bagi masyarakatnya.
  4. Sakti Tanpa Aji
    Maksudnya seorang pemimpin tidaklah selalu menggunakan kekuatan atau kekuasaan di dalam mengalahkan musuh-musuh atau saingan politiknya. Namun berusaha menggunakan pendekatan pikiran (Viveka), lobiing, sehingga dapat menyadarkan dan disegani pesaing-pesaingnya.
  5. Maju Tanpa Bala
    Maksudnya pemimpin sebagai seorang ksatria senantiasa berada terdepan dalam mengorbankan tenaga, waktu, materi, pikiran, bahkan jiwanya sekalipun untuk kesejahteraan dan kelangsungan hidup masyarakat.

One comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *