Pada jaman dahulu kala, Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sebuah negara yang mayoritas mata pencaharian penduduknya bertani. Tanah di Indonesia memang sangat subur, tidak heran seorang musisi pribumi menuangkannya dalam sebuah lagu, “tongkat kayu dan batu jadi tananaman”. Demikian anugrah Tuhan pada Indonesia. Indonesia menghasilkan berbagai jenis produk pertanian dan perkebunan, seperti; padi, cenkeh, coklat, buah-buahan (mangga, durian, duku, rambutan, salak, anggur, kelapa, sayur-mayur, kembang beraneka warna dan jenis. Pendek kata negeri ini sangat kaya dengan berbagai jenis produk pertanian. Belanda, Portugis, Spanyol, Inggris dan Jepang mereka datang ke Indonesia untuk mencari emas hijau (rempah-rempah). Akibat kekayaan ini juga yang tidak bisa dikelola dengan baik malah mendatangkan sengsara buat rakyatnya. Mereka para penjelajah samudra dari eropah kemudian bergantian menguasai dan menjajah negara ini. Tak ketinggalan Jepangpun tergiur dengan kekayaan yang dimiliki negeri ini, membuahkan sistem kerja romusa.
Perjuangan untuk meraih kemerdekaan terus berkobar di setiap sudut wilayah negeri ini, kerja keras dan perjuangan tanpa henti membuahkan hasil kemerdekaan. Negeri ini kemudian berbenah menata kembali sistem kehidupan di semua bidang termasuk pertanian.
Perlahan namun pasti, pertanian meningkat, namun sayang pembangunan yang cukup pesat ini menggunakan uang pinjaman sehingga kemudian mewariskan beban yang sangat berat bagi generasi saat ini. Pergantian pemimpin tidak mampu mengangkat kesejahteraan, bahkan di wilayah asia tenggara saat ini tidak bisa menjadi juara di kancah olahraga SEGAME.
Korupsi merajalela, yang kaya semakin kaya, harga pupuk semakin tinggi, sungai-sungai tidak diperhatikan, hutan dibabat habis tanpa ada pengendalian yang nyata, mata air mulai mengering di sana sini, sawah-sawahpun mengering, tidak pelak lagi negeri yang dahulu kala dikenal sebagai negara agraris harus mengimpor beras dari negeri tetangga.
Berdikari, “Berdiri di kaki sendiri” demikian Bung Karno salah satu pendiri negeri ini mengajari rakyatnya untuk mampu mandiri tanpa tergantung dari negara lain, sungguh sangat ironis sebuah negara agraris harus tergantung pada negara lain untuk produk agraris yang menjadi makanan pokok rakyat.

