Bangun Pagi

Hari ini hari libur kedua, seperti biasa saya mengerjakan pekerjaan rumah tangga, maklumlah istri masih di Indonesia untuk menyelesaikan persiapan wisudanya yang sekiranya akan dilaksanakan akhir agustus tahun ini. Saat merapikan tempat tidur, pikiran saya melayang jauh teringat dengan masa kecil di kampung kapasjawa. Sebuah dusun di desa tinggarsari yang terletak di perbatasan antara kabupaten tabanan dan kabupaten buleleng.

Waktu itu saya jalan-jalan ke rumah kawan namanya I Komang Pastika, kami sering bermain bersama, bermain gasing, bermain perang-perangan, bermain kelereng, goak-goakan (sejenis burung yang berwarna hitam yang suaranya goak…goak…), bermain karet, main tembing, main dengkleng, main karang-kurung, wah banyak sekali permainan yang menghibur kami. Biasanya selesai bermain kita istirahat sambil minum air putih yang kami ambil dari pancuran sebelah rumah Komang Pastika yang diambil dari sebuah mata air dengan menggunakan selang sebagai salurannya, kemudian ditampung di dalam sebuah bak kecil, di bagian bawah bak ini dibuat lobang, dipasang sebuah bambu sebagai pancuran, air terus mengalir kebumi, airnya sangat jernih dan segar, bisa menghilangkan dahaga dengan cepat, apalagi selesai bermain, rasanya mengalahkan minuman coca cola, pokarisweet, fruit tea, red bull,  kraktingdeng, M-150.

Tanpa sengaja saat saya minum air, saya denger percakapan antara Pekak Baru ayahnya Komang Pastika dan Ibu saya. Pekak artinya kakek itu adalah panggilan orang yang kami tuakan di kampung kami. Mereka berdiskusi tentang bangun pagi dan sembahyang pagi, manfaatnya apa? dan bagaimana melakukannya dengan benar. Pekak Baru demikian kami memanggilnya adalah salah satu sesepuh kampung kami, Beliau mantan ketua Kampung, Beliau sangat dihargai warga kampung kami, banyak orang datang berkunjung ke rumah beliau untuk bertanya maupun minta petunjuk mulai dari hal-hal duniawi maupun spritual.

Diantara percakapan itu ada yang menarik perhatian saya, tanpa sadar memaksa saya untuk bergerak mendekat menghampiri tempat mereka berdiskusi. Dari sebuah lubang dinding anyaman bambu yang menjadi tembok pembatas kami saya mengintip mereka.

Pekak Baru :”Manfaat sembahyang pagi itu banyak Ning (panggilan pekak kepada Ibu saya), diantaranya: bisa meningkatkan kecerdasan, bisa meningkatkan rejeki, juga bisa melatih kita menjadi rajin, bisa mengatasi kekuatan malas yang sering menjerumuskan kita”

Ibu saya tertegun serius menyimak apa yang dijelaskan pekak baru, sambil manggut-manggut ibu saya bertanya: “Pekak kalo memang begitu besarnya manfaat bangun pagi dan sembahyang pagi, tapi kenapa kok sedikit orang yang melakukannya?”.

Pekak Baru tersenyum dan sambil mengisap rokok linting yang terbuat dari daun jagung dan tembakau tanamannya sendiri, beliau berkata: “Memang betul yang Cening katakan, sedikit orang yang mampu melaksanakan sembahyang pagi (50 menit sebelum matahari terbit/subuh), karena manusia dikuasai oleh kekuatan malas, tidur pagi itu memang sangat nikmat, orang-orang kadangkala lebih memilih nikmat sementara yang diberikan oleh tidur pagi itu dibandingkan dengan menanti nikmat yang akan diberikan oleh sembahyang pagi dengan mengorbankan tidur pagi, mereka adalah manusia lemah yang dikuasai oleh kekuatan malas tadi, cening jangan seperti itu, jangan biarkan kekuatan malas membelenggu dirimu sendiri, ini akan menjadi contoh buat anak-anakmu, kalo cening rajin bersembahyang di pagi hari maka anak-anak otomatis akan mengikuti”

Percakapan mereka bener-bener menarik minat saya terutama yang mengatakan bahwa sembahyang pagi itu bisa meningkatkan kecerdasan dan rejeki, wah menarik sekali rasanya,saya melamun memikirkan seperti apa kecerdasan dan rejeki yang saya dapatkan kalo saya bisa melakukannya….? belum beres lamunan saya, teriakan temen-temen menyadarkan saya dari lamunan, temen-temen yang terus berteriak memanggil saya untuk melanjutkan permainan berikutnya. Dengan mengendap-endap saya berusaha menjauh dari tempat mereka berdiskusi.

Malam hari saya berfikir dan menyusun rencana untuk melakukan sembahyang di pagi hari (subuh). Saya berdoa mohon pada Tuhan biar saya bisa bangun pagi hari, 50 menit sebelum matahari terbit. Betul saya bisa terjaga di pagi hari, tapi rasanya berat sekali melawan rasa kantuk, rasa yang memaksa saya untuk menarik selimut kembali dan tidur nyenyak. Hari ini saya gagal.

Hari kedua saya kesel sama diri sendiri, kenapa saya tidak bisa bangun pagi dan sembahyang pagi, saya kehilangan manfaat dari keduanya, kembali saya susun rencana untuk melakukannya esok harinya. Malam hari saya berdoa lagi agar besok saya bisa bangun pagi. Saya terjaga di pagi hari, saya tendang selimut kesayangan kami, saya bangun dari tempat tidur, tapi tiba-tiba kakak saya terjaga juga, beli gede langsung menarik saya kembali ke dalam selimut, di dalam selimut beli gede berkata pelan: Ssst..ini masih gelap tidur, ngapain kamu bangun jam segini, tidur lagi biar sehat. Saya gak bisa menahan diri untuk tidak mengikuti anjuran beliau, memang kelopak mata saya masih sangat berat untuk bertahan terbuka. Hari inipun saya gagal lagi.

Hari ketiga, saya bertanya pada diri saya, kenapa saya kok tidak bisa bangun pagi? apakah bener kata pekak baru saya dikuasai oleh kekuatan malas? malas itu apa yah…? Bunda sering sekali menerakkan kata itu saat beli gede telat bangun, atau saat komang tidak bisa membereskan tugas yang diberikan bunda pada waktunya. Mungkin bener yang dikatakan beliau, akh…. saya gak mau dikatakan begitu, saya pasti bisa, besok saya cobak lagi deh..

Hari keempat, saya menyusun rencana baru, mungkin kemaren malam saya mengagetkan bli gede sehingga beliau terbangun, berarti besok pagi saya harus bangunnya pelan-pelan biar bli gede tidak tahu, kembali malam hari saya berdoa biar besok saya bisa bangun pagi, maklum kami belum punya weker saat itu. Tepat 50 menit sebelum matahari terbit saya terjaga, pelan-pelan saya bangun dari tempat tidur kami, saya buka gorden jendela, wah gelap sekali, saat itu listrik belum masuk ke kampung kami, saya mulai merasa takut, teringat cerita-cerita dari temen-temen yang mengatakan ada leak barak, ada endihan (banas pagi), ada pong-pongan (kepala manusia tanpa badan), bebehe (suara telinga kambing yang panjang mengepak-epak), ada rangrini (semacam kunti lanak), bermacam-macam berkecamuk difikiran saya, mereka konon muncul di hari gelap. Perasaan takut menyelimuti pikiran ini sehingga memaksa saya untuk kembali tidur disamping kakak. Saya gagal lagi.

Hari Kelima, saya mulai berfikir kenapa kok saya takut gelap, padahal belum tentu saya menemukan mahluk-mahluk itu, dan juga kenapa kok mama berani bangun pagi, bunda rajin sekali bangun pagi dan biasanya pagi-pagi buta beliau telah pergi bekerja ke ladang atau berjualan hasil bumi di pasar. Kalo bunda bisa, kalo pekak baru bisa, saya pasti bisa. Hmm….bagaimana yang mengatasi hari gelap tadi, oh iya saya inget tempo hari paman saya memberikan hadiah sebuah lampu senter ketika saya dapat rangking satu di kelas. Di malam hari kembali saya berdoa untuk bisa bangun pagi, Tuhan maha pengasih, saya ulangi lagi langkah kemaren, sambil tidak lupa mengambil lampu senter. Sebelum sembahyang kami diwajibkan untuk mandi atau menimal membersihkan kaki, tangan, leher, menggosok gigi, dan mencuci muka. Semua aktivitas itu hanya bisa dilakukan di kamar mandi kami yang letakkan cukup jauh dari rumah kami. Kamar mandi kami terletak paling ujung bangunannya tersendiri, di samping bangunan dapur dan gudang, total ada tiga bangunan di rumah kami, sementara ruang tempat saya tidur berada dalam bangunan yang ketiga setelah kamar mandi dan dapur, bangunan ini dibatasi oleh lapangan kecil tempat dimana bunda menjemur hasil bumi seperti: cengkeh, kopi, padi sebelum dijual. Pelan-pelan saya buka pintu rumah melangkah keluar tidak lupa saya nyalakan lampu senter, ternyata di luar sangat sunyi dan sepi, yang terdengar hanya suara jengkrik dan kadang-kadang suara ayam berkokok. Kembali gambaran mahluk-mahluk halus menghantui saya, angin dingin berhembus menerpa wajah saya, membuat rasa takut semakin menggerogoti mental saya. Saya tahan langkah saya, saya tarik nafas coba untuk melangkahkan kaki lagi tapi rasanya berat sekali. Rasa takut menguasai lebih besar dari tenaga yang saya miliki untuk melangkah maju, dan sebaliknya rasa takut ini mendorong saya kuat untuk melangkah mundur kembali ke tempat tidur… Hari ini saya gagal lagi.

Mulai tumbuh rasa tidak percaya diri, rasa benci pada diri sendiri, kenapa sih saya begitu lemah, kenapa saya takut, padahal tadi pagi saya tidak bertemu dengan mahluk-mahluk itu, tapi kenapa perasaan takut dan gambaran mahluk-mahluk jahat itu terus mengejar saya. Saya tidak boleh menyerah…., saya tidak mau dikatakan pemalas lagi, saya tidak mau dimasukkan dalam kelompok orang yang dikuasai oleh kekuatan malas seperti yang dibilang pekak baru tempo hari. Terus seandainya saya bertemu dengan mahluk-mahluk halus itu, apa yang saya lakukan…? oh iya saya jadi teringat ibu menyimpan pisau pemotong kue di lemari dekat kamar tidur kami. Besok saya bawa pisau itu, kalo ketemu mahluk itu dan kalo dia mengganggu, saya tusuk dengan pisau.. Tapi bagaimana dengan suasana yang sunyi dan sepi…? Hmm….sambi menggaruk kepala saya cari ide, bernyanyi….sambil keluar saya bernyanyi maka saya tidak merasakan sunyi atau sepi lagi.

Mata saya berbinar riang, besok pasti saya bisa melaksanakan sembahyang pagi. Semua langkah hari sebelumnya saya ulangi lagi pagi ini, bergegas saya ke kamar mandi dengan lampu senter di tangan kiri dan pisau di tangan kanan, tidak lupa terus bernyanyi, walaupun lagunya tak beraturan alias tidak jelas yang penting saya tidak merasakan sepi atau sunyi yang mentriger bayangan mahluk-mahluk halus muncul. Byur air dingin membasuh muka saya, rasanya seger sekali, kantuk jadi hilang mata jadi ringan sekali, sambil terus bernyanyi tidak karuan saya cuci kaki, tangan, leher dan tidak lupa menggosok gigi. Saya masuk ke kamar suci dan mulai bersembahyang….Duh…nikmatnya, rasanya tenang sekali, saya merasakan seperti berada di dunia lain. Terima kasih Tuhan..

Rasa nikmat ini membuat saya jadi seperti orang mabuk, tiap pagi saya bangun tanpa sepengetahuan beli gede. Seminggu telah lewat dan saya tidak pernah ketemu mahluk-mahluk yang dikwatirkan orang muncul menyerang anak-anak saat hari gelap. Saya pikir saya tidak perlu membawa pisau, apa yang dikatakan orang-orang itu tidak benar. Itu hanya menakut-nakuti saja….

Sejak itu saya bisa bangun pagi dan sembahyang pagi dengan teratur…. Terima kasih Tuhan telah memberikan nikmat ini…

Hah… udah jam sembilan pagi, hampir lupa hari ini saya harus bayar telephone di Itisalat, deket Central Market.

2 Comments

  1. Sangat menginspiratif.. Terimakasih artikelnya, sekarang saya punya pandangan baru lagi utuk supaya bisa semngat bangun pagi

    • Terimakasih telah berkunjung ke Blog Kami… Semoga bisa menjadikan kebiasaan “Bangun Pagi”, karena berkahnya Luar Biasa! Dalam sejarah dituliskan hampir semua Nabi/Rsi/ Orang Suci bangun pagi-pagi…

      Salam Sukses Selalu
      Made M. / Abu Dhabi

Leave a Reply to Ayu trisnaCancel Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *