Be 100 % to the present

Dalam hidup ini sering kali kita kwatir dengan masa depan, apalagi saat melihat kondisi negeri kita yang pasca dilanda krisis. Musibah datang silih berganti di wilayah negeri ini, yang tidak sedikit menelan korban baik harta, maupun nyawa. Sementara para pemimpin belum bisa lepas dari budaya korupsi, kolusi dan nepotisme. Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Si miskin berusaha bangkit untuk berjuang mengentaskan kemiskinan. Banyak cara telah dilakukan, banyak hal dikorbankan. Sebagian dari mereka berhasil, sebagian lagi gagal.

Diantara cara yang dipilih salah satunya hijrah ke luar negeri menjadi buruh migran. Mengais rejeki dibeberapa daerah. Jauh dari keluarga dan tanah tumpah darah. Hidup di negeri yang berbeda tradisi, hukum dan adat serta budaya. Mereka yang memiliki keahlian dibidang teknik, medis, pariwisata, dll memiliki peluang sukses lebih besar, dibandingkan dengan mereka yang hanya mengandalkan tenaga dan semangat hijrah ke negeri tetangga.

Mereka yang memiliki keahlian dihargai sebagai tenaga profesional baik secara materi maupun dalam status sosial di mana mereka diterima bekerja, mereka dipandang sebagai tenaga akhli di bidangnya masing-masing. Mereka mendapatkan pendapatan yang cukup, sehingga sandang pangan dan papan bukan masalah lagi. Bahkan bisa membantu kaum papa dan fakir miskin tentunya yang memiliki empati tinggi.

Tetapi bagaimanapun nikmatnya tinggal di negeri orang tetap tidak senyaman tinggal di negeri sendiri. Keinginan untuk kembali ke pelukan ibu pertiwi tanah tumpah darahku tercinta, kian hari kian bertambah tinggi. Kerinduan ini sering menghadirkan kekwatiran tentang masa depan. Melihat kenyataan negeri yang boleh dikatakan belum pulih total dari krisis, dengan kurs dolar terhadap rupiah masih tinggi yaitu bertahan dikisaran di atas 9000 rupiah, maka bekerja diluar negeri masih tetap menarik untuk dijalani.

Pertanyaan muncul di dalam hati, sampai kapankah diri ini ada dinegeri orang…? Melihat trend biaya hidup setiap tahun meningkat sangat drastis, terutama biaya pendidikan, ditambah lagi kenyataan bahwa usia produktif kita terbatas adanya, menghadirkan kekwatiran tersendiri dalam hati. Rasa kwatir yang sering mengusik ketenangan ini kalo dibiarkan akan menguras cadangan energi dalam diri secara pelan namun pasti bila tidak dikelola dengan baik.

Dilain sisi bila kita menengok ke masa lalu, sebagai manusia kita sering melakukan kesalahan baik terhadap keluarga, teman, rekan kerja, maupun kesalahan terhadap diri kita sendiri. Penyesalan adalah ujung dari keadaan ini. Penyesalan yang berkepanjangan tidak jarang akan melemahkan kita, kadang badan terasa lemas manakala teringat dengan kesalahan-kesalahan fatal yang terjadi di masa lampau. Kalo direnungkan dengan baik kejadian itu telah lewat, itu semua telah terjadi pantaskah masih mengkonsumsi energi kita…? Cadangan energi dalam diri ini juga terbatas, bila tidak pandai mengelola perasaan ini, tidak jarang akan menimbulkan penyakit baru yang disebut stress.

Life must go on begitu kata orang, ternyata menyesali masa lalu dan mengkwatirkan masa depan keduanya sama-sama menguras energi kita. Lantas bagaimana cara untuk menjalani hidup agar memberikan output yang optimal dengan resourses yang terbatas? Sementara keinginan untuk maju dan untuk meningkatkan taraf hidup keluarga, membrantas kemiskinan, membantu mereka yang ditimpa bencana, kaum fakir miskin..?

Don’t regret to the past, Jangan menyesali yang telah lewat, karena itu tidak akan merubah keadaan, menangisi yang telah berlalu tidak akan membuat hal itu kembali, karena masa lalu tidak bisa ditarik kembali. Tapi memang tanpa kita sadari, sering kita diseret oleh emosi yang membenamkan kita ke lembah penderitaan ini. Dengan pengetahuan dan iman kita masing-masing saya yakin kita bisa mengatasinya. Lantas apa yang mesti dilakukan selanjutnya…?

Be 100 % to the present. Konsentrasikan seluruh energi (100 %) untuk melakukan yang terbaik hari ini, ya hari ini lakukanlah tugasmu dengan sebaik mungkin, pusatkan perhatian pada pelaksanaan tugas dan kwajiban yang sesempurna mungkin, tugas sebagai kepala keluarga, sebagai anak, sebagai ayah, sebagai anggota masyarakat dimana kita tinggal, dan tidak lupa pula melakukan kwajiban yang disuratkan dalam kitab suci masing-masing. Menjadi orang baik dan profesional dapat tercapai dengan selalu melakukan yang terbaik hari ini, ya hari ini…jangan tunggu nanti, besok, apalagi minggu depan, bulan depan atau tahun depan.

Don’t worry to the future. Jangan kwatir dengan masa depan, karena itu belum terjadi, bila kita setiap hari berfikir dan bertindak yang terbaik hari ini 100 % to the present, tentu hari esok akan cerah…..so Be 100 % to the present my brothers..

2 Comments

  1. Jakarta, Agustus 2008

    Hal : Nominasi e-Learning Award 2008

    Kepada Yth:

    Pengelola http://singaraja.wordpress.com/

    Dengan Hormat.

    Berdasarkan hasil review kami terhadap berbagai web dan blog yang ada di Indonesia, kami beritahukan bahwa situs http://singaraja.wordpress.com/ masuk dalam nominasi e-Learning Award 2008 yang diselenggarakan oleh Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional (Pustekkom Depdiknas).

    Untuk keperluan penilaian lebih lanjut yang akan dilakukan oleh Dewan Juri, mohon kiranya anda melengkapi formulir pendaftaran yang dapat didownload di http://www.e-dukasi.net/elearningaward. Batas pengembalian formulir pendaftaran tanggal 31 Agustus 2008.

    Demikian surat ini kami buat, semoga anda dapat berpartisipasi. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

    Hormat kami

    Panitia e-Learning Award 2008

    Kontak Person:

    Hendro Gunarto (021-99174560 atau 08128155562)

    Adi Gama (021-92233166 atau 0818686220)

    Pendaftaran kami perpanjang hingga tanggal 31 Agustus 2008

  2. Kepada Yth.
    Panitia e-Learning Award 2008

    Terimakasih atas perhormatan yang Bapak/Ibu berikan kepada kami, telah memasukkan blog kami dalam nominasi e-Learning Award 2008 yang diselenggarakan oleh Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan, Departemen Nasional (Pustekkom Depdiknas).

    Kami akan kirim formulir yang telah kami lengkapi, semoga partisipasi kami bisa memberikan suatu kontribusi pada kegiatan ini, kegiatan yang sangat baik untuk memberikan penghargaan pada para penulis melalui media masa ini.

    Hormat Saya
    Made Mariana

Leave a Reply to made24Cancel Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *