Leadership dalam kekawin Ramayana

Leluhur kita sungguh sangat hebat. Dalam mengajarkan ajaran-ajaran suci dalam kitab suci Veda, mereka menggunakan nyanyian, sehingga orang tidak cepat bosan, sambil menyanyi dengan hati riang, juga mendapatkan manfaat berupa ilmu.

ramayana

Nyanyian itu dibedakan menjadi:

1. Sekar Alit: Macapat : ada pupuh sinom, Ginada, Kinanti, Dandang Gula, Pangkur, dll

2. Sekar Madya: Kidung Suci: Warga sari,

3. Sekar Agung: Kekawin : Kekawin Ramayana, Kekawin Arjuna Wiwaha, Kekawin Arjuna Wijaya

4. Sloka : Bhagavad Gita, Sarassamuccaya, dll

5. Palawakya : Sarassamuccaya

Kali ini mari kita dengar kata satu bait, dalam Kekawin Ramayana, yang mengajarkan tentang leadership. Sri rama mengajarkan Manajement kepemimpinan kepada Bharata, dalam Pupuh/wirama Wangsastha sbb.

Prihen temen dharma dumaranang sarat

saraga Sang sadhu sireka tutana

tan artha tan kama pidonya tan yasa

ya sakti sang sajjana dharma raksaka

Terjemahan bebasnya :

Usahakan dharma dalam kehidupan di dunia ini.

Mereka yang bijaksana hendaknya dijadikan panutan

bukanlah harta, nafsu atau kemasyuran

keberhasilan sang bijaksana adalah karena paham benar hakekat dharma.

Ulasannya :

Dalam catur Purusa artha disebutkan tujuan hidup adalah Dharma, Artha, Kama, Moksha.

Dharma adalah sarana untuk mencapai Artha, Kama dan Moksa.

Pun dalam memimpin pastilah membutuhkan sarana seperti harta, usaha keras / kama dan tujuan atau goal. Tapi hendaknya tetap dalam jalur Dharma. Dharma dalam hal ini diartikan sebagai Agama.

Sebagai pemimpin hendaklah jangan congkak, sombong dan berbangga diri, janganlah mementingkan diri sendiri. Seorang pemimpin harus peka pada suara hati rakyat. Memperjuangkan kepentingan rakyat. Mengutamakan kesejahteraan rakyat yang dipinpinnya.

Dia mestilah selalu belajar, terus meningkatkan diri seiring dengan persiangan yang semakin tajam. Mau menerima pendapat dan kritikan dari sang bijaksana/ profesional, dan menjadikan masukan para bijaksana ini sebagai kebijakan negara.

Keberhasilan seorang bijaksana / seorang Profesional adalah karena mereka paham benar akan dharmanya. dharma dalam hal ini berarti kewajiban / bidangnya.

Dalam budaya bali, ada sebuah nilai yang disebut “puputan”, artinya sampai selesai/mati. Untuk masa saat ini semangat ini bisa diarahkan untuk mengoptimalkan potensi diri (taksu) sampai pada titik maksimum yang mampu dieksplorasi. Sehingga setiap insan bisa memberikan kontribusi yang bermakna bagi kehidupan di dunia ini.

6 Comments

  1. ah iya, perang puputan. menguak kembali memori masa lampau :-)..di negeriku, perang spt ini menabalkan julukan pada bangsaku dg panggilan mesra “Atjeh Moorden”..

    jalan anda dan saya tak sama, tp tak mengapa.
    selama tak ada silang sengketa, saya tak hrs malu tuk menyapa.

    *salam kenal* ^^

  2. Salam Kenal Juga Pak Aryf

    Terimakasih telah berkunjung ke Blog Kami.
    Saya pribadi senang untuk mempelajari nilai-nilai bangsa sendiri,
    warisan leluhur, kemudian menstranformasikannya ke masa kini, sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat.

    Salam
    “Semoga Semua Mahluk Berbahagia”

  3. tan artha tan kama pidonnia tan yasa artinya nenten wenten artha semaliha nenten wenten kama wyakti nenten preside ngamolihang kerahajengan/kemakmuran.Arti interlek kira2 seperti itu jadi sejalan dengan Tujuan Agama Hindu,catur puresa artha,Dharma Artha Kama Moksa. Saya tidak mengerti mengapa arti Artha dan Kama sering direduksi padahal kedua itu sarana untuk mencapai kebahagian.ARTHA adalah segala sesuatu yang memungkinkan kita hidup dan kama adalah niat. Jadi dengan Artha dan Kama yang berdasarkan Agama tujuan hidup bisa tercapai.

    • Om Swastyastu,

      Pak Nyoman Astawa, benar sekali, dengan Artha dan Kama itu memang sarana mencapai kebahagiaan, tapi penekanannya di sini adalah, cara mendapatkannya, jangan sampai kita berbahagia dibawah penderitaan orang lain. Artha memang wajib diperlukan, tanpa harta kita tidak bisa hidup. Artha dan Kama didapatkan melalui jalan Dharma, tanpa menyakiti mahluk lain misalnya.

      Santih
      Made M./ Abu Dhabi

  4. Salam kenal pak.
    Tiang putu bayu dari singaraja.
    Dalam dunia kerja terkadang kita sadar akan kebenaran yg harus dilakukan seperti sloka di atas. Tetapi pada kenyataannya terkadang tidak selalu kita bertemu “leader” yg melaksanakannya.Nah demi kebaikan terkadang kita tidak bisa menolak. Istilah nya pasal satu, pimpinan selalu benar. Ini seringkali mengingkari hati nurani. Kata orang bijak lebih baik jadi orang baik daripada orang benar yg saklek. Mohon pencerahannya nggih. Suksma banget 🙏

    • Salam Kenal Kembali Pak Putu Hendra Bayu,

      Inggih sujakti asapunika, dari pengalaman titiang baik di dalam maupun luar negeri memang benar dalam dunia kerja kita tidak selalu bertemu “leader” yang melaksanakannya. Leader Who Walk The Talk, or Leader who lead by Example.

      Kita tidak bisa merubah orang lain, tapi kita bisa merubah cara pandang kita pada orang lain, tanpa keluar dari jalan Dharma. Kadang ada berbagai situasi yang memaksa kita keluar dari jalan Dharma, namun usahakan tetap teguh di jalan dharma dengan menggunakan kreativitas kita tanpa menyakiti orang lain. Ibarat kayu yang kaku mudah patah, kayu yang lentur bisa bertahan lebih lama.

      Rahayu..
      Santih
      Made M. / Abu Dhabi

Leave a Reply to aryfCancel Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *