Masak Makanan Dengan Cinta

Om Swastyastu,

“Makan untuk hidup atau Hidup untuk makan..?” demikian pertanyaan seorang kawan ketika kami kerja di Al-Jubail-Arab Saudi. Dari ketiga kata tersebut tidak berbeda, mereka tersusun dari tiga kata yang sama, namun kalo difikirkan mendalam keduanya memiliki makna yang berbeda. Sering tanpa disadari banyak dari kita menganut prinsip Hidup untuk makan, artinya kita hidup ini harus dimanfaatkan untuk menikmati semua makanan yang terenak yang bisa dijangkau.

Namun banyak juga yang menganut kalimat yang pertama, Makan untuk hidup, artinya kita makan secukupnya, makanan adalah untuk menopang kehidupan kita, memberikan energi agar kita bisa hidup. Karena tubuh ini membutuhkan unsur-unsur pembentuk yang selalu hadir untuk menjaga kebugaran dan kesehatannya.

Berbicara mengenai makanan, banyak hal yang bisa kita pelajari. Ada makanan yang berlebih akan mengakibatkan kita menjadi sakit, sebaliknya bila jumlahnya kurang juga bisa menyebabkan kita sakit. Lantas bagaimanakah makan yang benar dan makanan yang tepat…?

Menurut Agama Hindu, makanan digolongkan menjadi tiga, dari kwalitas yang diberikannya:

1. Satwika: Makanan yang bila dimakan memberikan energi ketenangan, kesehatan, kekuatan contoh: susu, madu, beras, buah-buahan, sayur-sayuran

2. Rajasika: Makanan yang bila dimakan memberikan energi aktip, agresif, contoh: daging, bawang merah, bawah putih, merica, cabe, jahe, makanan/minuman yang  panas/hangat

3. Tamasika: Makanan yang bila dimakan memberikan energi pasif, in actif, lambat, contoh: minuman keras, makanan basi, makanan dingin.

Tiga kwalitas ini yang disebut dengan Triguna: Satwam: sifat tenang, damai, welas asih. Rajas: Aktip, agresif, penuh tenaga. dan Tamas; malas, lembab, pasif. diperlukan oleh semua manusia untuk menjalani kehidupan di maya pada ini.

Namun jumlahnya harus berimbang, Tamasika bisa ditundukkan oleh Rajasika, Rajasika bisa diatur dengan Satwika.

Ketiga kwalitas ini akan datang silih berganti dalam kehidupan kita, bila kita makan, makanan yang tidak tepat maka kwalitas Tamas dan Rajas berlebih sehingga kita menjadi mudah marah, pemalas, akibatnya produktivitas kita akan menurun.

Saat bangun pagi, kekuatan tamas masih menguasai, rasa malas menggerogoti kita, bangunlah pergi minum teh/kopi/air jahe (Rajas), maka badan mulai jadi aktip, tapi jangan lupa makan karbohidrat dan buah-buahan/sayur-sayuran (satwam) agar energi aktif/agresif bisa dikuasai sehingga kita memiliki energi yang kuat dan pikiran yang tenang dan damai.

Bagaimana cara memasak makanan…? Sayuran dan buah-buahan mengandung energi prana yang lebih besar dibandingkan daging, dan untuk mencerna daging membutuhkan energi yang berlipat ganda lebih banyak daripada mencerna sayuran dan buah-buahan.

Memasak sayuran jangan sampai berubah warna aslinya, dilakukan dengan hati yang bersih dan ikhlas, agar apa yang dimasak akan menjadi makanan yang suci bagi keluarga, kerabat dan teman-teman. Masaklah makanan dengan cinta, seperti Ibu memasak makanan untuk kita, masakan Ibu rasanya enak sekali, karena Ibu memasak makanan untuk kita dengan cinta.

Om Santi Santi Santi Om.

2 Comments

  1. bli…tiang salut dapat membaca blog2 bli, semoga terus berkarya dan terus memberi inspirasi bagi semuanya.

    suksme
    ketut

  2. OM Swastyastu,

    Suksma Ketut, semoga kita semua bisa mengamalkan nilai-nilai luhur dari agama kita, juga dari warisan luhur para sesepuh kita.

    Semoga semua mahluk berbahagia dan sejahtera.

    Om Santi Santi Santi Om

Leave a Reply to made24Cancel Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *