Otonan

Otonan

Hari ini adalah hari libur terakhir dalam minggu ini, aku bangun kesiangan, itupun karena handphone ku berdering, ada sms masuk. Oh….ternyata sms dari kakak iparku. “Om Dek…kami di Tuban semua sehat.. Inget yah tanggal 5 April 2008 adalah hari otonan Om Dek”. Hmm… hari ini kakak iparku (mbok mang..begitu biasa aku memanggilnya) sedang sibuk menyiapkan upacara, karena hari ini juga adalah otonan dari putra pertamanya. Putu Pramana Yudistira.

Ah jadi teringat sewaktu aku masih tinggal di Cilegon. Aku tinggal di Jalan Alamanda Raya No 15A. Palm Hill Regency di Cilegon. Ketika kakak iparku sedang hamil pertamanya, dia selalu pingin susu ultra milk yang ada di kulkasku. Aku biasa mengumpulkan susu ultra milk yang diberikan Perusahaan tempat aku bekerja yang dibagikan seminggu tiga kali untuk supplement energy bagi para pekerja shift. Setiap kali aku libur kakaku pasti main ke temapat kediamanku. Kakak iparku sangat girang, seperti biasa begitu nyampe di rumahku yang menjadi sasaran utamanya adalah mesin pendinginku, dimana dia bisa menemukan kumpulan susu dan sari kacang ijo.

Pernah kakakku mencoba membeli sendiri, saat kakak ipar pingin main ke rumahku hanya untuk mendapatkan susu itu, tapi ternyata susu ulramilk itu tidak disentuh apalagi diminumnya. Lucu kadang…katanya sih itu namanya ngidam. Keanehan berikutnya, setiap kali aku main ke rumah kakak dan kami ngobrol berdua, pasti kandungan kakak iparku bergerak-gerak kenceng sekali. Ternyata setelah lahir, hari weton ponakanku yang pertama persis sama dengan wetonku. Dalam primbon dikatakan bahwa kharakter kami akan sangat mirip, mungkin prilaku kakak ipar saat ngidam itu kali sebagai pertanda bahwa kami ada persamaan, entahlah….

Menurut penanggalan kalender Bali hari ini adalah Saniscara Pon Wuku Maktal. Dalam tradisi kami, setiap orang itu perlu mengadakan upacara weton/otonan. Otonan ini datangnya setiap enam bulan sekali atau setahun dua kali. Di beberapa tempat upacara ini disebut dengan Mepinget. Mepinget artinya:mengingatkan kita akan beberapa hal yaitu:

1. Kenapa kita lahir? (kita akan mengerti misi hidup kita, tugas dan kwajiban kita)

2. Kapan kita lahir? (kita akan mengerti bahwa banyak orang yang telah terlibat dalam pertumbuhan kita)

3. Siapa yang melahirkan kita? (kita selalu hormat dan bakti kepada orang tua).

Dengan melakukan upacara ini kita sebagai umat manusia selalu dingatkan bahwa sebagai insan ciptaan Tuhan yang sangat beruntung bereinkarnasi sebagai manusia. Tuhan memberi kita kesempatan untuk memperbaiki diri, meningkatkan diri sehingga bisa mewujudkan tri kaya parisuddha: berfikir yang baik dan benar, berkata yang baik dan benar, berbuat yang baik dan benar. Selanjutnya melaksanakan Tri Hita Karana. Ajaran suci dalam agama Hindu yang mengajarkan kita untuk selalu menjaga hubungan harmonis dengan tiga pihak yaitu:

1. Tuhan yang Maha Esa (Parahyangan),

2. Sesama manusia (Pawongan), dan

3. Lingkungan (Palemahan).

Sewaktu masih di Bali, bunda sangat rajin menyiapkan banten/persembahan yang merupakan persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kini aku sendirian di Ruwais, aku tidak ingin melupakan tradisi ini, karena ada nilai luhur yang terkandung didalamnya. Tapi karena aku tidak bisa bikin sajen seperti yang bunda bikin. Maka aku hanya membeli buah-buahan dan kue-kue yang aku beli di west market deket tempat tinggal kami, aku menyusun buah-buahan dan kue-kue itu sedemikian rupa sehingga tampak cantik. Karena sesungguhnya persembahan itu harus ikhlas dan murni. Cara mendapatkan bahan-bahannya pun harus dengan benar tidak boleh dengan mencuri, atau merampok atau korupsi pokoknya semua hal yang tidak baik itu dilarang.

Kalopun ada orang yang menyiapkan persembahan/banten dengan barang-barang hasil curian, hasil rampokan ataupun hasil korupsi, kolusi nepotisme, maka banten/persembahan itu tidak sampai ke Tuhan, tapi dinikmati oleh Para Butha Kala/Iblis. Orang yang melaksanakan upacara itu tidak akan mendapat manfaat apa-apa.

Hal ini ditegaskan dalam kita suci Bhagavadgita

Bab VII-21;

“Apapun bentuk pemujaan yang dikehendaki para bhakta dengan keyakinannya, Aku buat keyakinannya mantap”

Bab IX-26:

“Siapapun yang mempersembahkan kepada-Ku dengan penuh pengabdian, selembar daun, setangkai bunga, sebutir buah ataupun setetes air, Aku terima persembahan yang dilandasi kasih sayang dan hati yang murni itu”.

4 Comments

Leave a Reply to wiraCancel Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *