Pemimpin

“Jangan lupakan sejarah” kata Bung Karno, saya tertegun ketika kata-kata ini muncul begitu saja di pikiran saya, pada saat saya duduk sendiri di depan serambi rumah, tempat kami tinggal di tengah-tengah gurun pasir, di wilayah bagian Al-Ruwais, Abu Dhabi. Dalam lamunan saya tampak wajah-wajah para pemimpin negeri ini, negeri yang kaya dengan sumber daya alam, mineral, minyak, tambang. Kaya dengan budaya, dengan keindahan alamnya, dengan bermacam adat istiadat, dengan jumlah penduduk yang tinggi menyebar di seluruh wilayah negeri Indonesia. Sebuah berkah alam yang luar biasa. Namun kalo kita tengok kehidupan negeri kita, masyarakatnya sungguh seakan anugrah ini tidak memberikan banyak arti…beda sekali dengan negeri UAE, masyarakat di sini betul-betul menikmati berkah alam sumber daya minyak… Pendidikan gratis, kesehatan gratis, setiap warga negara yang mau menikah diberikan tunjangan, diberikan tanah untuk membangun rumah…kenapa hal ini bisa terjadi… ?

bung karno

Apakah para pemimpin negeri ini tidak mampu mengelola sumber daya alam ini ? Sebut saja satu sumber daya alam, minyak, konon kabarnya negeri Malaysia, Brunei di waktu lampau belajar tentang minyak di negara kita. Namun kini perkembangan mereka sungguh pesat, Petronas telah bergerak lebih maju dari Pertamina, mereka mengelola sendiri sumber-sumber minyaknya. Kita… sumber-sumber minyak dan gas di negeri ini masih dimonopoli oleh perusahaan-perusahaan asing seperti, Amerada Hess di Gresik, Conoco Philips, Slumberge, dll.. otomatis sebagian keuntungannya akan mengalir ke Perusahaan-perusahaan tersebut, mereka menikmati berkah alam negeri ini.

Apakah negeri ini tidak memiliki tenaga-tenaga akhli yang cukup untuk mengelola sendiri lading minyaknya? Atau pemimpinnya yang tidak becus mengelola sumber daya manusia ini? Dulu waktu saya masih di Indonesia saya berfikir bahwa, negeri ini tidak memiliki cukup tenaga professional, karena saya lihat di perusahaan-perusahaan besar bercokol para petinggi dari negara-negara lain, yang dikenal dengan istilah ekspatriets.

Tapi setelah saya hijrah ke luar negeri ternyata ribuan warga Negara Indonesia menjadi tenaga-tenaga professional tersebar di berbagai belahan dunia. Sebagian dari mereka menempati posisi strategis di perusahaan-perusahaan besar tersebut.

Pikiran saya kemudian melayang ke masa silam, teringat dengan sejarah yang pernah saya baca tentang kisah para pemimpin besar dunia, yang membawa perubahan begitu besar pada bangsanya. Yang telah mengangkat nama bangsanya. Bahkan mampu membawa perubahan pada negara-negara lain. Kenapa mereka bisa sukses menjadi pemimpin yang dikenang bukan hanya oleh warga negaranya namun juga oleh masyarakat dunia..?

Kemauan total lebur dengan dinamika masyarakat, mampu mengalirkan apa yang hidup dalam hati rakyat, perkataan dan suaranya bertampuk dalam hati rakyat. Seorang pemimpin harus merealisasikan semua ucapannya dalam prilakunya sehari-hari, tidak hanya mampu melempar wacana namun pandai juga dalam implementasi dari wacananya itu kuncinya.

Apakah negeri ini tidak pernah melahirkan para pemimpin besar seperti itu, saya jadi teringat dengan dua tokoh idola saya Bung Hatta dan Bung Karno, sepasang sejoli yang memiliki kwalitas pemimpin yang tiada banding di negeri ini. Proklamator yang tidak pernah henti-hentinya mencurahkan energi dan waktunya untuk kemerdekaan negeri ini.

Bung Hatta1

 

Bung Hatta hadir dengan kesederhanaan tak tertandingi. Saat gajinya sebagai Wapres akan dinaikkan, dia menolak. Katanya, “Keuangan negara tidak cukup kuat, sementara banyak rakyat melarat yang memerlukan uang itu.”

Tentang Pemimpin dan pergerakan rakyat Bung Hatta mengatakan:

” Pergerakan rakyat timbul bukan karena pemimpin bersuara, tetapi pemimpin bersuara karena ada pergerakan, atau karena ada perasaan dalam hati rakyat yang tidak dapat rakyat mengeluarkannya. Kalau tidak demikian, tidak akan ada pengikut, tidak akan maju pergerakan. Bagaimana juga cakap dan pandai pemimpin, kalau perkataan dan suaranya tidak bertampuk dalam hati rakyat, suara itu akan sia-sia belaka.

Semuanya itu dibuktikan oleh sejarah dunia. Memang sering ternyata, bahwa pemimpin maju ke muka dahulu untuk membangunkan semangat rakyat, sehingga sering pula ia menjadi kurban. Tetapi ini bukanlah tanda, bahwa pergerakan dan semangat rakyat itu dibuat oleh dia. Pekerjaan pemimpin sebenarnya tidak lain dari memberi jalan dan mengalirkan apa yang hidup dalam hati rakyat. Semangat dan perasaan rakyat ditimbulkan oleh keadaan dan penghidupannya sendiri. ” (Mohammad Hatta, Memoir, penerbit Yayasan Hatta)

Bung Karno, Beliau hadir dengan ajaran populis, kekeluargaan, karena itulah kenyataan hidup bangsanya. Dia kenakan peci hitam yang banyak digunakan orang Indonesia. Di atas meja makannya ada lukisan pengemis, agar dia ingat pada rakyat saat menyantap sayur lodeh, tahu, dan tempe kesukaannya.

bung karno1

Kemudian marilah kita menengok para pembaharu dunia, tokoh-tokoh yang hadir nyeleneh dengan wacananya masing-masing dan mampu memberikan hasil nyata bagi bangsanya ;

Mahatma Gandhi menjadi pemimpin besar India walau dia tidak pernah menduduki jabatan apa pun di jajaran pemerintahan. Dia merumuskan nilai-nilai kemasyarakatan bangsa India sambil menyelaraskan penampilan dengan filosofi ajaran-ajaran itu. Pakaiannya hanya dua helai kain, kakinya bersandal jepit, komit untuk menkonsumsi barang-barang produksi bangsanya sesuai dengan wacana “Swadesi” yang ia kampanyekan ke seluruh penjuru India..

Demikian pula Ho Chi Minh untuk Vietnam yang bersepatu sandal dari ban bekas. Bila pergi keluar negeri, dia naik pesawat komersial kelas ekonomi.

Hitler sadar Jerman membutuhkan kebanggaan setelah martabatnya direndahkan bangsa Romawi. Keluarlah doktrin totalitasnya: “disiplin, pantang menyerah, dan berani berkorban” yang menjadi kunci sukses bangsa Jerman.

Churchill menggelorakan sikap optimistis bagi bangsa Inggris. Tantangan adalah kesempatan, bukan hambatan. Nasib Inggris ada di tangan orang Inggris. Dia tunjukkan komitmennya dengan tidak menggunakan barang-barang buatan luar negeri. Semuanya harus made in England.

Napoleon Bonaparte menjadi pemimpin besar bangsa Prancis. Bukan hanya karena
idenya tentang prinsip demokrasi. Dia pimpin langsung pasukan ketika menyerang bangsa-bangsa Eropa lain. Lewat penaklukan itu dia menebarkan ajaran-ajarannya. Layak bila dia sesumbar: “Hai prajuritku, empat abad ke depan sedang menatap apa yang sedang kalian lakukan.”

Telah terbukti sepanjang masa, para pemimpin besar itu adalah mereka yang bisa konsisten antara wacana dan laksananya , Ing Ngarsa Sung Tulada, memberikan contoh nyata berupa tindakan.

Kapankan negeri ini melahirkan dan mengangkat pemimpin seperti ini…? Atau mungkin salah satu dari kalian yang terpilih… ?

2 Comments

  1. bli made bukan “bukan kalian yang terpilih” tapi saya berharap bli yang terpilih. dan segera hijrah ke ranah asal dan terjunlah ke dunia politik bli.
    saya sangat salut sekali.

    suksme
    ketut

  2. suksma ketut

    Bli punya prinsip, menjalani hidup seperti air mengalir, hanya mengikuti secara alami kemana nurani menuntun, kalo kelak memang ditakdirkan seperti itu, mudah-mudahan bisa mensejahterakan..

Leave a Reply to made24Cancel Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *