Wisuda

Suatu ketika dalam sebuah percakapan antara Arjuna dan Kresna, Arjuna bertanya kepada Kresna:

Arjuna: Paduka Yang Mulia, Guruku yang Agung Yadnya (pengorbanan suci yang tulus ikhlas) apakah yang paling tinggi?,

Kresna menjawab: “Ilmu pengetahuan sebagai yadnya lebih unggul dari pada yajna material apapun, wahai Paramtapa (Arjuna), karena segala kegiatan kerja tanpa kecuali memuncak pada kebijaksanaan, wahai Paramtapa (Arjuna) (Bhagavadgita IV-33)

Kalo kita renungkan penjelasan Guru Suci Kresna, Tujuan Ilmu pengetahuan itu adalah untuk mencapai kebijaksanaan dalam hidup. Ilmu pengetahuan itu bisa merubah orang dari tidak tahu menjadi tahu, bisa mengarahkan orang kejalan yang tepat, dengan ilmu pengetahuan orang bisa mendapatkan pekerjaan, bentuk nyata produk ilmu pengetahuan adalah teknologi, dimana dengan adanya ilmu pengetahuan/teknologi orang bisa menyelesaikan sesuatu dengan mudah, dengan ilmu pengetahuan kita bisa menempuh jarak yang jauh dalam waktu yang singkat, kita bisa berkomunikasi dengan jarak bukan menjadi masalah lagi, bisa membimbing orang menjadi lebih baik, bisa merubah perbuatan yang buruk menjadi baik, pendek kata Ilmu pengetahuan itu memudahkan jalannya hidup manusia.”

Demikian agung peran Ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia. Bisa kita katakan bahwa ilmu pengetahuan mutlak dibutuhkan dalam hidup ini. Berangkat dari pemikiran itu maka belajar (Svadyaya) sebagai cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan adalah sebuah kewajiban sebagaimana disuratkan dalam kitab suci.

Sejak kecil saya seneng sekali belajar. Setiap kali ada bahan bacaan rasanya tidak betah tangan ini tidak meraihnya walau hanya melihat sampul atau daftar isinya saja. Memiliki sebuah buku merupakan kebanggaan tersendiri.

Ayahanda tercinta dipanggil Hyang Widhi lebih cepat dari yang kami harapkan. Ketika usia Bli Gede Mariasa baru dua setengah tahun, usia saya baru satu setengah tahun dan usia adik Komang Ayu Mahartini baru beranjak enam bulan. Masa yang sulit bagi kami untuk tumbuh dan berkembang. Ibu tercinta dengan segala daya upaya berusaha menjadi breadwinner, single parent, menjadi pemimpin keluarga sekaligus ibu rumah tangga, menempatkan kami pada posisi yang sejajar dengan temen-temen sepermainan nun jauh di sana di lereng bukit kapas jawa.

Kerja keras bunda tercinta mampu mengantarkan kami lulus sekolah menengah, yang merupakan kesempatan langka bagi temen-temen di kampung kami walaupun mereka memiliki orang tua yang lengkap. Gambaran kuliah kami buang jauh-jauh walaupun kami lulus dengan nilai yang bagus. Yang menjadi target utama kami adalah bekerja, segera mendapatkan pekerjaan yang bisa menghasilkan pendapatan untuk membantu bunda tercinta yang sudah semakin tua.

Berkat doa bunda dan usaha kami akhirnya kami memperoleh pekerjaan, diawali dengan bekerja menjadi seorang satpam di Matahari Department Store (PT. Reksa Griya Asri), Dengan pendapatan yang sangat pas-pasan tidak mampu untuk membantu bunda hanya cukup untuk diri sendiri apalagi untuk kuliah, kembali bayangan kuliah kami tenggelamkan sesaat.

Selanjutnya kami bekerja di PT Chandra Asri Petrochemical Center mengawali karir sebagai Production Planning Technician. Keadaan membaik, kami bisa membantu bunda, dan mulai merencanakan kuliah. Setelah diskusi dengan Supervisor saya waktu itu Mbak Cristiana Young. Dengan support penuh dari Beliau, saya diberikan pinjaman yang bisa saya cicil selama 6 bulan tanpa bunga, sehingga saya bisa merasakan bangku kuliah di Akademi Informatika Komputer Serang (AMIK), ngambil jurusan Teknik Informatika. Paginya saya bekerja, malam hari saya kuliah, Waktu istirahat kami sangatlah sedikit, namun hati begitu senang rasanya, menjadi mahasiswa sebuah kampus. Semua berjalan dengan lancar hingga akhir semester dua. Saat mana di tempat saya bekerja ada kesempatan untuk mendapat beasiswa kuliah di Akademi Minyak dan Gas yang terletak di Cepu -Jawa Tengah.

Setelah melalui test terpilih 22 orang terbaik (termasuk saya) wakil dari semua departement diberangkatkan ke Cepu Jawa Tengah- Indonesia. Tanpa diduga Mbak Christiana Young dan Pak Tjipto Putro (Manajer kami) telah menyiapkan pesta perpisahan di Marbella Hotel-Anyer. Saya cukup heran kenapa beliau mengadakan pesta ini, belakangan saya tahu bahwa pada saat test, saya dapat urutan teratas, hal ini membanggakan bagi departemen kami.

Saya bingung awalnya memutuskan apakah saya ambil atau lepas kesempatan ini, karena saat itu saya telah menjadi mahasiswa di AMIK serang, dengan berbagai pertimbangan dan menimbang nasehat kerabat dan teman-teman, bahwa kesempatan itu tidak datang dua kali, disamping itu, Akamigas adalah salah satu pusat pelatihan tenaga-tenaga perminyakan yang telah diakui kwalitasnya di manca negara bukan hanya di negeri kita. Maka mulailah saya menjalani kehidupan baru tinggal di asrama. Setiap hari belajar dan membaca. Hati ini senang sekali rasanya. Dengan kerja keras dan berkat doa bunda dan dukungan semua keluarga dan temen-temen akhirnya saya dapat menyelesaikan tugas dan di Wisuda untuk program D-1 tahun 1999 dan untuk program D-2 tahun 2000 dengan predikat lulusan terbaik/cumlaude.

Program pendidikan di Akamigas cukup unik, melalui sistim berjenjang, setahun kuliah, setahun kerja lagi, setiap kali proses pengiriman setelah masa kerja setahun itu diadakan seleksi lagi untuk ke jenjang berikutnya. Dari 22 orang untuk program diploma satu, disaring menjadi 8 orang untuk diploma 2, demikian selanjutnya terus disaring sampai akhirnya nanti untuk program Sarjana (S1) hanya ada 2 orang.

Peraturan di Perusahaan kami berubah sejalan dengan pergantian kepemimpinan, kebijakan untuk beasiswa dihentikan sehingga kami hanya bisa sampai jenjang Diploma Dua, menurut sistem pendidikan di Departemen Pertambangan dan Energi, Lulusan Diploma Dua dari Akamigas disiapkan untuk menjadi leader/foreman. Impian untuk meraih gelar Sarjana pudar kembali.

Saya coba untuk masuk ke Universitas Tirtayasa, namun saat itu bayarannya cukup mahal bagi saya apalagi statusnya masih swasta. Kami berdua saya dan Bli Gede berdiskusi untuk menyekolahkan adik komang program Diploma satu agar bisa beroleh pekerjaan yang lebih baik, biayanya kami tanggung bersama. Kami kirimkan mereka ke ASMI serang. Komang sangat senang sekali menjadi mahasiswi.

Setelah bekerja hampir tujuh tahun kami belum memiliki investasi yang berarti, apalagi dengan adanya krisis moneter yang berpengaruh pada semua lini hidup, nilai uang menjadi turun drastis, kesulitan hidup menghimpit dimana-mana. Banyak perusahaan bertumbangan, ribuan karyawan di PHK. Salah satu pemecahan masalah ini adalah hijrah ke luar negeri. Menjadi buruh migran berusaha untuk mengais dollar/dinnar/real/dirhams. Tenaga yang paling diminati adalah bagian produksi, terutama di timur tengah sedang maraknya pembangunan industri perminyakan dan petrokimia. Banyak orang mulai tertarik untuk ikut melamar dan mengadu nasib di negeri gurun pasir. Cerita sukses berkumandang di sana-sini.

Saya putuskan untuk pindah ke bagian operasi, setelah merasa cukup mengenyam ilmu dan pengalaman di bagian operasi saya mengikuti jejak temen-temen hijrah ke luar negeri. Saya diterima bekerja di Petrokemya anak perusahaan SABIC, di Al-Jubail Saudi Arabia. Selama bekerja di negeri kurma ini kami memiliki cukup banyak waktu luang, terpikir dalam diri ini bagaimana cara mengisi waktu luang dengan cara positif. Saya bertemu dengan Kang Dedi Heryadi putra Garut yang memiliki semangat belajar tinggi dan seorang muslim yang sangat taat. Kami sering berdiskusi bagaimana mencari sekolah yang menyediakan sisitem jarak jauh tapi diakui oleh pemerintah negeri kita maupun diakui oleh dunia internasional.

Setelah melalui proses pencarian dan kebetulan juga Dedi telah kuliah di UT Indonesia beberapa semester maka kami putuskan untuk mengambil kuliah di UT Cabang Riyadh -Saudi Arabia. Kami minta nasehat Pak Asep Karmana (Senior Engineer) di Jubail United Petrochemical Co. anak perusahaan SABIC juga, lulusan ITB (Institut Teknologi Bandung- Indonesia) . Beliau menyarankan kami untuk masuk ke UT, bahkan Beliau sendiri di sela-sela kesibukannya juga kuliah di UT dan sudah semester akhir. Dengan semangat membaja saya dengan kang Dedi mulai registrasi.

Hari demi hari kita lewati dengan diskusi dan belajar, ternyata hal ini menarik perhatian Kang Momon Ismail putra Majalengka yang kebetulan juga diterima bekerja di Jubail United, setahun setelah kami bergabung dengan Petrokemya. Beliau ikut bergabung sehingga kelompok kami menjadi tiga orang.

Setiap enam bulan sekali kita ujian ke Riyadh di Kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia, semangat kami yang membaja menarik simpati Pak Hartono yang ditugasi menangai UT Riyadh oleh KBRI. Beliau sangat salut dengan perjuangan kami, bahkan saya ditugasi untuk membimbing temen-temen di Riyadh maupun di Al-Qobar.

Kang Dedi lebih dulu lulus dan diwisuda, kemudian menyusul saya. Awalnya saya putuskan untuk tidak ikut wisuda, karena ada tugas dari perusahaan kami bekerja ke Manila (Philipine) dan Mumbai (India). Saat di India istri saya ditelphone oleh pembantu rektor memberitakan bahwa saya terpilih menjadi mahasiswa terbaik. Jadi sangat disayangkan kalo tidak ikut wisuda. Istri tercinta terus mendorong saya untuk bisa pulang mengikuti prosesi yang saya dambakan bertahun-tahun. Kami semua berdoa.

Tuhan Maha Pengasih dan Maha Pemberi, Beliau mendengar doa kami, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas lebih awal. Hari yang dinantikan tiba saat itu tanggal 3 Juni 2008 saya bisa mengikuti prosesi wisuda sebagai sarjana. Bunda tercinta dan Istri tercinta menemani wisuda kami.

Terimakasih Tuhan

Terimakasih Bunda yang selalu mendukung dan mendoakan

Terimakasih Istriku tercinta yang selalu siap disisiku

Terimakasih Bli Gede dan Adik Komang Sekeluarga

Terimakasih Pak Hartono, Pak Noor Misni, Kang Dedi Haryadi, Pak Asep Karmana dan Kang Momon, serta semua temen-temen yang selalu mendukung kami.

“Long Live Lerning” Belajar seumur hidup

5 Comments

  1. saya mau tanya / meminta pendapatnya dari bapak saya sekarang sedang bingung ingin kuliah di upn ataukah di akamigas balongan mana yang lebih baik?
    demikian
    terimakasih atas jawabanya

    • salam sejahtera mas fauzi

      terimakasih telah berkunjung ke blog kami.
      sebelumnya ingin saya sampaikan bahwa Akamigas yang di Balongan tidak sama dengan PTK Akamigas yang di Cepu Jawa Tengah, Yang di Cepu Jawa tengah adalah milik Deptamben. Sifatnya ikatan dinas, programnya berjenjang.

      mana yang lebih bagus…? biasanya dalam memilih universitas itu, kita mesti melihat beberapa hal:
      1. akreditasnya (parameter dari kwalitas),
      2. kemudian program studi yang tersedia sesuai gak dengan yang diinginkan
      3. cost/biaya kuliahnya terjangkau gak?
      4. lingkungan belajarnya itu mensupport gak untuk maju
      5. ikatan alumninya bagaimana?…
      6. fasilitas yang tersedia
      7. jarak tempuh dari tempat tinggal, apakah mesti kos/ngontrak?

      Dengan 7 parameter itu mas fauzi bisa menentukan mana yang menjadi pilihan terbaik mas fauzi, semoga berhasil
      mohon maaf telat memberikan tanggapan

      Salam sukses

      made m.
      abu dhabi

  2. Terimakasih sebelumnya telah menjawab pertanyaan saya
    Sebenarnya saya sudah kuliah di arsitektur karena kaluarga menghendaki saya untuk pindak ke jurusan yang berkaitan dengan perminyakan/pertambangan maka saya akan pindah..
    Menurut anda yang lebih baik mana antara s1 di upn ataukah jenjang d3 di akamigas balongan..
    saya sudah bertanya kepada akamigas cepu yang mengatakan bahwa akamigas cepu tidak menerima lulusan sma ipa maka harapan satu-satunya selain di upn adalah akamigas balongan..
    (Jurusan yang akan saya ambil adalah T.perminyakan/T. kimia)
    anda sebagai orang yang saya anggap lebih tahu mngkin dapat memberikan mana yang terbaik karena saya sama sekali tidak tahu tentang profil upn maupun akamigas balongan

    Terimakasih atas jawabanya semoga sukses

  3. Mau nanya nih, saya dapat panggilan untuk interview dengan UNITED (jubail petrochemical). yang ingin saya tanyakan adalah kalo bawa keluarga gimana? sekolah buat anak2 gimana? gaji untuk seorang electrical supervisor berapa?

    • Salam Sejahtera,

      Saya mohon maaf untuk informasi gaji saya tidak tahu, standard SABIC bagus di Jubail.
      Sekolah kalo tidak salah ada, beberapa teman2 bawa keluarga dan anak2nya sekolah, mengenai biaya saya tidak tahu karena saat saya di Saudi, saya masih bujangan

      Salam
      Made M.

Leave a Reply to Fauzi FuadCancel Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *